Maaf
Di hadapan laptop, Bara mengerjakan tiap lembar tugasnya. Jarinya menari-nari tiada henti penuh kegembiraan sembari diiringi lantunan detak-detik jam di dinding. Hingga suatu ketika, detik pada jam memecahkan heningnya suasana. Bara menghentikan kegiatannya sejenak, ia teringat akan kisahnya ketika sekolah dulu. Kisah yang tersimpan jauh di dalam lubuk hatinya.
***
Januari 2018. Masa ajaran baru dimulai. Bara kala itu merupakan murid kelas 11 di salah satu SMA favorit kota Palembang. Ia dikenal guru sebagai sosok murid yang rajin nan pandai, bahkan ia tak pernah absen ketika pengumuman juara kelas di penghujung semester.
Pesona yang terpancar dari sosok Bara juga membuatnya dikenal oleh kalangan gadis di sekolahnya. Namun nanar yang terjadi, sebab tak ada satu orang pun yang bisa mencuri hatinya. Pantas saja, kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa hati pemuda itu telah lebih dulu dibawa pergi oleh seorang gadis dan hingga sekarang tak jua kembali.
Siang ini, dengan seriusnya Bara membaca buku di hutan sekolah. Hal ini seolah sudah menjadi kebiasaanya, ia lebih memilih membaca buku dan bersantai ketika jam istirahat makan siang. Dari kejauhan nampak seorang gadis yang memperhatikannya. Yah, Alice, teman satu kelas Bara. Alice yang sudah paham betul dengan tabiat Albara, kini ia berencana tuk menghampirinya.
“Hey,, Lagi baca buku apa bar?” Sapa Alice penuh bahagia.
“Pulang – Tere Liye.” Bara menjawab dengan dingin.
Alice mengerenyitkan dahi, lalu segera mencoba mengalihkan topik pembicaraan, “Ohh Pulang, kisah Bujang dan Shadow Economy yah? Aku suka novel itu.”
Namun, itu semua sia-sia. Bara masih saja serius membaca buku tanpa sedikitpun memperdulikan Alice. Alice yang memendam rasa terhadap Bara tak putus asa begitu saja oleh karenanya. Hampir setiap harinya ia mengunjungi Bara di hutan sekolah. Kadang Alice terlebih dahulu mencari tahu buku apa yang dibaca Bara sebelum menjumpainya, menyiapkan makanan dan hal lainnya. Semua itu sama saja, usaha yang dilakukan belum jua menuai hasil.
Begitupun ketika di kelas, semua usaha yang Alice lakukan seperti angin berlalu tanpa membawa arti. Ya, memang begitulah Bara, sosok yang dingin dan sukar sekali untuk dihangatkan. “Apakah itu mereflesikan arti dari nama Bara itu sendiri, yang sulit terbakar jika sudah terlalu lama mendingin.” pikir nanar Alice musabab usaha selama ini tak kunjung menunjukan titik terang.
Hari demi hari, Alice terus mencoba. Tetapi. Entah mengapa, beberapa hari terakhir sosoknya tidak lagi terlihat. Bara pun merasakan hal yang aneh, “Ada apa dengan Alice ya? Mungkinkah sikapku terlalu berlebihan padanya?” kegundahan mulai menyelimuti Albara.
Baik Alice maupun Bara, mereka masing-masing merasakan suatu hal yang mengganjal pada sanubari. Lalu pada suatu ketika, mereka tanpa sengaja bertemu di perjalanan sepulang sekolah. Bara yang saat itu merasa bersalah, mencoba memulai percakapannya. Alice pun sempat heran, Bara yang ia kenal dingin kini memancarkan kehangatan. Percakapan dua insan ini pun berlanjut.
“Kamu beberapa hari ini kemana liss?” Tanya Bara.
“Kamu rindu yah? Ahaha..” Alice membalas dengan canda.
“Serius?” Lanjut Bara penasaran.
“Bercanda sedikit gapapa kan hihih. Iya, beberapa hari ini aku sibuk mengurus berkas.” Jawab Alice.
“iya sih, hehe.. Berkas buat apa?” Rasa penasaran Bara meningkat.
“hmm, ini baru kamu yang tau lohh. Aku rencana pindah sekolah ikut orang tua bar.” Jelas Alice tak kuasa.
“oh iya (?) hmm.. maaf yah.” Dalam kondisi tidak percaya Bara menjawab, suasana pun mendadak sunyi.
“Kok maaf? Kamu kan gak ada salah barr..” tutup Alice.
Di perjalanan Alice tidak ingin memiliki penyesalan mendalam, ia memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan mengajak Bara mampir ke salah satu toko aksesoris, disana mereka membeli dua pasang boneka danbo sebagai tanda pertemanan mereka.
Lalu keesokanya, Alice benar-benar tidak lagi datang ke sekolah. Biarpun Bara meyakinkan diri bahwa keadaan baik-baik saja, tentu itu bukan semudah membalik telapak tangan. Merasa kehilangan, tentu ia rasakan.
Dan juga tidak bisa dipungkiri, tersembunyi suatu hal yang hancur berantakan jauh di dalam sanubari mereka. Terdapat kata dan rasa yang tak mampu mereka berdua ungkapkan. Begitulah akhir kisah dua anak manusia itu. Hari itu tentunya merupakan hari yang membahagiakan sekaligus menyedihkan bagi mereka. Sungguh, hari yang nantinya tak akan terlupakan.
***
Begitulah kenangan Bara semasa sekolah dulu. Ia sadar akan rasa yang dimiliki Alice padanya, namun cuma kata “Maaf” yang ia mampu ucapakan di saat terakhir. Dan semenjak saat itu mereka berdua belum jua bertemu kembali.
Dan sang detik mulai berdetak lagi, waktu dalam penyesalan sudah habis. Albara kembali lanjut menyelesaikan tugasnya sembari bergumam, “Apa kabarnya ya? Hmm.. seandainya kala itu hatiku masih berada pada tempat yang seharusnya, mungkin aku sudah lima kali jatuh cinta padanya.. ah tidak, mungkin sudah berkali-kali.. Ku harap, semoga dia dalam keadaan baik-baik saja.”
Uwu sekalii bara, tipe tipe tsundere ahahah
BalasHapusMau mau tapi tak mau wkwkw😂
HapusApa mungkin nama Alice terinspirasi dari Aice:"
BalasHapusBara yang dingin jadi hangat,
Aice yang hangat jadi dingin sesuai namanya wkwk
Ahahah bisa jadi.. Dan karena perbedaan itulah mereka belum jua menemukan titik temu, sad :"
HapusAlbara, Alice. Cocok wkwk
BalasHapusAsik asik wkwkw
HapusSeperti kisah nyata yang dipermanis dengan balutan fiksi :v
BalasHapusKnpa ngira kisah nyata euyy wkwk
HapusBerharap dia baik-baik saja walau bara tak disisinya uhu
BalasHapusKayaknya emang Bara dan Alice emang kontrakdiksi gitu kwkwk. Gimana enggak yang satu Es yang satu Api, kalau mereka sama-sama nanti ada salah satu yang padam gak sih ? eh cocokologi darimana ini :v.
BalasHapusTapi bisa jadi juga sih keduanya saling melengkapi, kalau dipandang dari persepektif laninya. Dan yang bisa jawab adalah yang punya kisah ni, ada eps selanjutnya gak nih ?
Sepertinya asik kalau dilanjutin yah.. Hihihi..
HapusBolehlah nanti dilanjutkan perjalanan Albara.. Ide yang bagus wkkw😂
The story was coll
BalasHapusBara adalah Iqbal si siswa kelas XI di SMA Negeri 6 Palembang.
BalasHapusAlice siapa yaa itu?
Wkwkwk iqbal idk sekolah di palembang kak
HapusKadang memang benar ketika ada malah di sia²in dan sudah menjauh baru deh merasa ada yang ngeganjal di hati dan merasa kehilangan 🙈 Semoga sikap dinginnya Bara itu menjadi sebuah pelajaran berharga untuk dirinya agar tidak terulang lagi kedua kalinya😁 Bagus mantep dh Semangat terus kak👍👏
BalasHapusNantikan kisah lanjutan bara di jurnal biasa yaaa hihihi
Hapus